Search This Blog

Pembahagian Ijtihad dalam Islam



Secara umum, ijtihad dapat dibahagikan kepada dua bahagian, iaitu ijtihad fardi dan ijtihad jami’i.

1. Ijtihad fardi adalah ijtihad yang dilakukan oleh perseorangan atau beberapa orang tetapi tak ada keterangan yang menyatakan bahwa semua mujtahid lainnya menyetujuinya dalam suatu perkara.

Ijtihad seperti inilah yang pernah dibenarkan oleh Nabi SAW kepada Muaz ketika menggutus beliau untuk menjadi qadhi di yaman.

Ia juga pernah dilakukan oleh Umar bin Khattab kepada Abu musa al-asyary dan kepada Syuraikh dimana beliau (Umar) dengan tegas mengatakan kepada Syuraikh yang bermaksud:

"Apa-apa yang belum jelas bagimu didalam as-sunah maka berijtihadlah padanya dengan menggunakan daya pikiranmu."

Dan kata Umar kepada Abu musa al-asyary yang bermaksud:

"Kenalilah penyerupaan-penyerupaan dan tamsilan-tamsilan dan qiyaskanlah segala urusan sesudah itu."

2. Ijtihad jami’i
adalah ijtihad dalam sesuatu perkara yang disepakati oleh semua mujtahidin.

Ijtihad semacam ini yang dimaksud oleh hadist Ali pada waktu beliau menanyakan kepada Nabi SAW tentang urusan yang menimpa masyarakat tidak diketemukan hukumnya dalam Al-Qur’an dan sunnah. Ketika itu Nabi SAW bersabda yang bermaksud:

"Kumpullah untuk menghadapi masalah itu orang-orang yang berilmu dari masing-masing orang mu’min dan jadikanlah hal ini masalah yang dimusyawarahkan diantara kamu dan janganlah kamu memutuskan hal itu dengan pendapat orang seorang. (HR. Ibnu Abd barr)

Disamping itu Umar juga pernah berkata kepada Syuraikh :

"Dan bermusyawarahlah (bertukar pikiran) dengan orang-orang soleh."

Diriwayatkan oleh Maimun bin Mihran bahwasanya Abu bakar dan Umar apabila keduanya menghadapi sesuatu hal yang tidak ada hukumnya didalam Al-Qur’an dan sunnah, maka keduanya mengumpulkan tokoh-tokoh masyarakat dan menanyakan pendapat-pendapat mereka. Apabila mereka telah menyepakati sesuatu pendapat merekapun menyelesaikan hal itu dengan pendapat itu.

Contoh lain dari ijtihad jami’i ialah kesepakatan sahabat mendukung/mengangkat Abu bakar sebagai khalifah dan kesepakatan mereka terhadap tindakan Abu bakar yang menunjuk Umar sebagai penggantinya.

Juga kesepakatan mereka mendukung anjuran Umar mengumpulkan/menulis Al-Qur’an dalam satu mushaf, padahal yang demikian itu belum pernah dilakukan dimasa nabi.

Inilah kedua macam ijtihad yang dibenar oleh syara. Banyak ayat-ayat al-Qur’an memerintahkan agar manusia menggunakan akalnya dengan bebas atau dengan kata lain Islam menjamin hurriyatul fikri wal akli.

Al-Qur’an dan sunnah memberikan bimbingan kepada manusia supaya akal dan pikirannya tidak tersesat dan juga memerintahkan agar manusia sentiasa mencari ilmu yang bermanfa’at.


Wallahu'alam

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.