Search This Blog

Memahami konsep Patung dalam Islam




Dalam Quran ada sebut tentang patung dalam istana Nabi Sulaiman as. Firman Allah SWT yang bermaksud:

"Golongan jin itu membuat untuk Nabi Sulaiman apa yang ia kehendaki dari bangunan-bangunan yang tinggi, dan patung-patung, dan pinggan-pinggan hidangan yang besar seperti kolam, serta periuk-periuk besar yang tetap di atas tukunya."(QS 34:13)

Di Mesir pula, terdapat patung Ramsis dan Sphinx. Islam sampai ke Mesir pada zaman Khulafa Rasyidin ke-2 (Umar ibn Kattab ra). Pada zaman itu, Umar tidak perintah untuk runtuhkan patung-patung itu. Begitu juga dengan Utsman bin Affan ra, Ali bin Abi Thalib ra, Gabenor Mesir, Amru al-Ash ra dll, mereka semua tidak musnahkan patung2 Ramsis dan Sphinx dan ia wujud sehingga hari ini.

Dalam hadith2 sahih, memang ada sebut larangan berkenaan dengan melukis atau membuat patung yang berbentuk makhluk bernyawa. Namun, hadith tersebut dibahas panjang lebar oleh ulama islam (khilaf), sehingga ada yang meletakkan sebagai larangan mutlak; dan ada yang meletakkan ia sebagai larangan tidak mutlak.

Ada pandangan dari ulama menyatakan bahwa larangan dalam hadith itu hanya untuk pembuat patung yang melahirkan kesyirikan, iaitu patung yang bakal disembah suatu masa nanti. Namun, jika patung yang dibuat itu hanya untuk perhiasan, dan dipastikan suatu masa nanti tidak dijadikan sembahan, maka ia tidak termasuk dalam larangan ini.

Perkataan ‘Thamatheel’ (plural Timthal yang bermaksud patung) telah digunakan dalam Surah Saba ayat 13 (QS 34:13) diatas dan juga dalam Surah Anbiya ayat 52 yang bermaksud:

"Apakah hakikatnya patung-patung ini yang kamu bersungguh-sungguh memujanya? Mereka menjawab: "Kami dapati datuk nenek kami selalu menyembahnya". (QS 21:52-53)

Perbezaan diantara perkataan ‘thamatheel’ (patung) yang digunakan dalam dua surah ini adalah; satu adalah patung yang dibuat untuk hiasan dan satu lagi adalah dibuat dengan tujuan untuk disembah (puja). Patung yang dibuat untuk tujuan perhiasan adalah diharuskan dan patung yang dibuat untuk sembah itu haram.

Memuja patung adalah jelas haram dalam Islam (syirik). Oleh itu, membuat patung2 yang bertujuan untuk disembah adalah haram dalam Islam (sadd al dhara'i - blocking the means). Ini juga selaras dengan tuntutan Qawaid al-Fiqhiyyah 'al-Umur bi-maqasidiha' (perbuatan Itu bergantung pada niat).


Wallahu'alam
footnote:
- a counter argument is usually presented by some Muslims that appeal to the differences in 'shariah' of different Prophets. The argument continues with the assertion, that whereas statues were allowed at one time, they became forbidden later.

Is one really expect that during Prophet Abraham's (pbuh) ministry, statues were forbidden, then became lawful at, or by the time of Prophet Solomon's (pbuh) ministry and then were made forbidden again at, or by the time of Prophet Muhammad's (pbuh) ministry? Is one truly expected to accept that Divine Shariah (law) is really based on such a trial and error method?

- from the Bible; 2 Chronicles 3 10-13 of the Old Testament, the statues (build by Solomon) were Cherubim. A Cherubim is generally referred to as an angel whose gift is knowledge; usually portrayed as a winged child. However, in classical texts, Cherubims also represented mighty statues of living creatures with many faces such as lions, oxes, eagles and of man.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.