Search This Blog

Kisah Urwah bin Mas'ud




Ketika dalam perjalanan melaksanakan ibadah umrah dalam peristiwa Perjanjian Hudaibiyah, Urwah bin Mas’ud ats-Tasqafi telah dihantar oleh pihak Quraisy sebagai utusan untuk berunding dengan rombongan Rasulullah SAW.

Urwah bin Mas'ud berasal dari Taif dan beliau telah dilantik sebagai utusan kaum kafir Quraish untuk mencegah rombongan Rasulullah SAW dari melaksanakan ibadah umrah dalam peristiwa Perjanjian Hudaibiyah.

Ketika Rasulullah SAW memerintahkan rombongannya untuk beristirahat di Tsaniyyatul Marar, datanglah Urwah bin Mas’ud lalu duduk di hadapan baginda dan berkata, "Ya Muhammad, kamu mengumpulkan semua suku sebagai umatmu. Kamu datang kepada suku Quraisy untuk menakut-nakuti mereka. Suku yang banyak menelurkan pemimpin yang gagah berani. Mereka bersumpah atas nama Allah, agar tidak sejengkal pun yang dapat dimasuki. Demi Allah, mungkin besok kami akan mengizinkanmu untuk memasuki tanah kelahiranmu.”

Seperti kebiasaan bangsa Arab, Urwah berbicara dengan Rasulullah SAW sambil berusaha menggapai janggut beliau. Namun upayanya itu telah dihalangi al-Mughirah sambil berkata, “Lepaskan tanganmu dari Rasulullah. Jika tidak, tanganmu akan ku potong dan tidak akan utuh lagi.” Ujarnya

Rasulullah SAW hanya tersenyum. Kemudian Urwah bertanya, “Siapa dia ini, ya Muhammad?” Rasulullah SAW menjawab, “Ini adalah putra saudaramu, al-Mughirah bin Syu’bah.”

Urwah berkata, “Lawak apakah ini Muhammad? Hei, kau! Bukankah aku telah membelamu atas pengkhianatanmu itu?" ujar Urwah merujuk kepada tragedi pembunuhan yang dilakukan al-Mughirah di Busaq. ‘Urwah adalah paman al-Mughirah yang turut membelanya atas tragedi tersebut.

Rasulullah SAW kemudian menjawab, “Aku telah menerima keislamannya. Sedang urus harta yang kau bicarakan itu. Mendengar pembelaan Rasulullah SAW tersebut, Urwah pun berhenti mengadili Al-Mughirah.

Urwah lantas menyaksikan betapa setianya para sahabat kepada baginda. Jika Rasulullah berwudhu, mereka segera ikut berwudhu. Ketika Rasulullah meludah, mereka segera membersihkannya. Tidak ada sehelai rambut baginda yang jatuh melainkan mereka pasti memungutnya.

Lalu Urwah pun kembali kepada kaum Quraish lalu berkata, “Wahai orang-orang Quraisy, sesungguhnya aku telah berkunjung kepada Kisra, Parsi, dan an-Najasyi di istana-istana mereka, tapi tak kudapati seorang raja pun yang sayangnya melebihi sayangnya Muhammad terhadap pengikutnya, sehingga pengikutnya menyerahkan apa saja yang diminta olehnya. Buanglah prasangka buruk kalian.”

Urwah menyebut demikian kerana kaum kafir Quraish menyangka kedatangan Rasulullah SAW adalah untuk berperang, tetapi setelah melihat bagaimana para sahabat melayan Nabi SAW, dia tahu baginda SAW adalah seorang yang berakhlak mulia. Urwah telah menyaksikan betapa hormat dan setianya para sahabat terhadap Nabi SAW. Kata Urwah:

“Demi Allah, tidaklah Rasulullah SAW membuang ludah kecuali jatuh pada telapak tangan salah seorang di antara mereka, maka ia mengusapkannya ke wajah dan kulitnya sendiri. Jika Rasulullah SAW memerintahkan mereka, maka mereka bersegera melakukannya. Jika ia berwudhu, maka mereka hampir-hampir berkelahi kerana memperebutkan bekas air wudhunya. Jika ia berbicara, maka mereka merendahkan suara mereka dan mereka tidak berani menatap wajahnya secara langsung kerana begitu hormat kepadanya.” (Hadis Sahih Bukhari Jilid 3. Hadis Nombor 1255, - Topik Perjanjian Hudaibyah)

Urwah bin Mas'ud pernah kunjungi banyak kerajaan besar masa itu tetapi dia tidak pernah melihat penghormatan yang begitu hebat sekali seperti yang diberikan oleh para sahabat kepada Rasulullah SAW. Urwah begitu kagum sekali dengan penampilan dan akhlak baginda SAW sehingga dia percaya kedatangan Nabi SAW ke Mekkah bukanlah berniat untuk perang. Oleh itu, dia pun menyuruh kaum kafir Quraish untuk buang pra-sangka mereka.

Dipendekkan cerita, setelah kaum Muslimin memenangi peperangan Hunain, Urwah bin Mas'ud telah diberi Hidayah oleh Allah SWT untuk memeluk agama Islam. Maka dia pun meninggalkan Mekkah dan menuju ke Madinah untuk berjumpa dengan Rasulullah SAW.

Setelah berjumpa dengan baginda SAW, dia pun berba'iat memeluk agama Islam dan kemudian, meminta izin Nabi SAW untuk pulang ke Taif untuk berdakwah dan menyampaikan seruan Islam kepada kaumnya. Walaupun Rasulullah SAW telah melarang Urwah dari pulang ke Taif, akan tetapi Urwah begitu nekad untuk pulang dan menyampaikan dakwah kepada kaumnya.

Oleh kerana Urwah telah merasa kemanisan iman ketika bersama Rasulullah SAW, maka dia pun berkata:

“Wahai Rasulullah, izinkanlah saya untuk kembali kepada kaumku, nescaya aku akan mengajak mereka untuk masuk Islam. Demi Allah, menurutku tidak layak seorang pun tertinggal dari (memeluk) agama ini. Aku akan datang kepada para kawanku dengan sebaik-baik ‘bawaan’. Utusan sesungguhnya yang datang kepada suatu kaum hanyalah orang yang datang membawa apa yang engkau ajarkan. Engkau, wahai Rasulullah, sungguh telah mendahului dalam banyak kesempatan.”

Urwah tidak sabar lagi untuk segera pulang untuk berdakwah kepada kaumnya. Akhirnya Nabi SAW pun mengizinkan Urwah untuk pulang ke Taif untuk berdakwah kepada kaumnya. Maka Urwah pun segera pulang ke Taif dan sampai ke rumahnya pada waktu Isyak. Ketika sampai ke rumahnya, dia telah disambut oleh kaumnya dan diberi salam jahilia yang biasa dilafaz oleh kaum Thaqif. Urwah dengan segera menyuruh mereka, "Hendaklah kalian mengucapkan salam dengan ucapan Assalamualaikum..."

Terperanjat beruk sahabat Urwah mendengar kata-kata itu lalu mereka pun mengherdik dan memarahinya tetapi Urwah tetap melayan mereka dengan lembut dan terhormat. Urwah berkata:

“Wahai kaumku, apakah kalian menuduhku yang bukan-bukan? Bukankah kalian mengetahui bahwa di antara kalian, akulah orang yang paling baik nasabnya, paling banyak hartanya, dan paling kuat anggota keluarganya? Tidak ada yang mendorongku masuk Islam selain aku melihat suatu perkara baik yang tidak selayaknya seorang pun tertinggal dari mengikutinya. Terimalah nasihatku! Janganlah membangkang! Demi Allah, tiada suatu utusan yang datang kepada suatu kaum yang lebih utama daripada utusan yang aku bawa kepada kalian ini.”

Dengan itu, beberapa tokoh bani Tsaqif pun berkumpul untuk menentukan tindakan selanjutnya terhadap Urwah yang dianggapnya telah murtad.

Ketika subuh menjelang, Urwah pun naik ke bahagian atas rumahnya dan melaungkan azan. Maka orang ramai pun keluar menuju ke rumahnya dan melempar batu dan memanah Urwah yang sedang azan itu. Salah satu daripada anak panah bani Malik telah terkena dan cederakan Urwah. Melihat keadaan ini, beberapa kerabat Urwah menyiapkan senjata untuk serang balas bani Malik, tetapi Urwah melarang mereka berbuat begitu dan berkata:

“Janganlah kalian saling berperang kerana nyawaku! Aku telah sedekahkan darahku kepada orang yang cederakanku, agar kalian tetap berdamai. Sesungguhnya, ini adalah kemulian yang Allah kurniakan kepadaku, iaitu mati syahid. Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasulullah. Beliau telah beritahu aku bahwa kalian akan membunuhku. Maka kuburkanlah aku bersama para syuhada’ yang gugur saat berperang bersama Rasulullah." Kata Urwah pada detik-detik terakhir sebelum kematiannya.

Diriwayatkan dalam Sahih Muslim (no. 244), Rasulullah SAW pernah sebut bahwa Urwah bin Mas'ud adalah orang yang paling mirip Nabi Isa as.

Inilah kisah Urwah bin Mas'ud, seorang musuh Islam pada awalnya tetapi berjaya mati syahid pada akhir hayatnya. Kisah Urwah telah memberi teladan kepada umat Islam sepanjang zaman untuk terus berdakwah dengan hikmah dan sabar walaupun terpaksa mengharungi kesulitan.

Kisah ini juga telah mengajar kita bahwa bukan semua non-Muslim akan mati sebagai kafir. Ada diantara mereka yang pada mulanya menentang Islam tetapi akhirnya sanggup berkorban nyawa demi agama yang mulia ini.

Tanggungjawab seorang Muslim adalah menyeru dan memberi nasihat. Kita tidak perlu membenci atau memusuhi sesiapapun, terutamanya mereka yang bukan Islam. Sebenarnya, non-Muslim bukanlah musuh kita, musuh kita paling ketara adalah kejahilan yang membawa kepada akhlak buruk yang akan menjauhkan manusia dari ajaran Islam.



Wallahu'alam

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.